Selamat datang di titah blog, dengan semangat empat lima mari kita wujudkan negara Indonesia yang aman, adil, makmur dan sejahtera

Kamis, 07 Februari 2008

indie band

Bicara tentang band indie, gak bakalan bisa lepas sama band yang satu ini. Who are they???

They are…PAS Band…Yup bener banget…Sebagai salah satu band yang memulai kariernya dari label independent, Band yang satu ini emang jadi kiblat musisi-musisi band dengan idealisme yang tinggi.
Idealisme yang tinggi? Jelas. Tanpa idealisme yang tinggi dalam bermusik nggak mungkin sekarang PAS band akan seperti sekarang ini. Kenapa?
Dari awal, PAS band terbentuk di kota Bandung pada awal 1991 dengan cara yang menggebrak. Musiknya cenderung keras-full of distortion-bahkan di liriknya ada kata-kata dan F**Knya pula. Persis kayak musik Amerika di periode awal 1990an.
Semarang masuk industri Indonesia cuman modal idealisme dan cita-cita jadi musisi professional aja. Empat pemusik ini sama sekali nggak pernah menggubris masukan dari sejumlah produser. Termasuk usul dari produser buat ganti nama, karena nama PAS dianggap nggak komersil.
Usaha PAS band buat bisa masuk label penuh dengan warna. Untuk menawarkan demo mini album, sekali-kali Yukie dan Bengbeng harus puas tiduran di bawah mobil sewaan, sekedar menghindari terik matahari Jakarta yang menyengat dan dengan perut keroncongan menahan lapar.
Berbagai penolakan dari produser memaksa PAS untuk memutar otak. And, they found the way. Mereka musti memakai cara gerilya.
Dengan duit hasil pinjaman yang gedenya cuman Rp.15 juta, PAS dan manajer Samuel Marudut, bikin rekaman dan menjualnya sendiri mini album 4 Through The Sap (1993).
Meski langkah ini penuh dengan resiko, apakah proyek mimpi mereka akan mendapatkan respon dari penikmat musik, mereka tetap keep fight. The show must go on. Maklum aja. Sebagai grup underground pertama yang menempuh jalur indie, mereka nggak ubahnya meraba dalam gelap.
Tapi, barangkali itulah bayaran yang bisa ditebus untuk the dreams call Idealism. Akhirnya album ini terjual 5000 biji. Tentu itu lebih dari sebagai reaksi pasar atas kreativitas mereka.
Pemilik sebuah perusahaan rekaman besar di Jakarta terpesona oleh model musik seperti itu. "Wah musik mereka gila. Itu musik masa depan. Aku mau ambil mereka," Kata Bos itu kalem. Seperti bercanda? Eehh dua bulan kemudian ucapan itu terbukti.
Akhir-akhirnya, PAS berpindah tangan dari indie label ke perusahaan major label. Mata para penggemar musik keras menjadi terbuka. Musik keras yang tak ada manis-manisnya ternyata tidak harus melulu berada di pasar sempit indie label. Terbuktilah sudah PAS mampu mempesona para penggemar musik alternatif lewat konser-konser mereka yang atraktif. [asecha]

0 komentar:


Powered by Kholil_Production